I made this widget at MyFlashFetish.com.

Senin, 27 Desember 2010

ULTRASOUND

Ultrasound
Ultrasound therapy adalah suatu terapi dengan menggunakan getaran mekanik gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz. Yang digunakan dalam Fisioterapi adalah 0,5-5 MHz dengan tujuan untuk menimbulkan efek terapeutik melalui proses tertentu.
1. Fisika Dasar Ultrasound
a. Efektif Radiating Area (ERA)
Permukaan tranduser tidak semuanya memancarkan gelombang ultrasound melainkan hanya permukaan tertentu yang disebut efektif radiating area. Oleh sebab itu ERA merupakan tolak ukur yang tentu dalam penentuan dosis. Sifat bekas gelombang Ultrasound
Sifat berkas gelombang ultrasound dibedakan atas dua bagian yaitu :
Area Convergensi, ciri-cirinya adalah :
1) Terjadi gejala interferensi pada daerah yang tidak homogen pada berkas tersebut sehingga timbul variasi intensitas yang besar yang disebut dengan intensity peaks sedangkan gejala interferensi yang tidak homogen disebut Beams Non Uniformity Ratio (BNR). BNR tidak bisa dihilangkan sama sekali. Nilai normalnya adalah 4 sampai 6 kali intensity peaks
2) Bentuk berkasnya convergensi dimana panjang area convergensi ditentukan oleh diameter tranduser
3) Penyebaran berkasnya lebih terpusat, hal ini juga tergantung pada frekuensi dan diameter tranduser, dimana bila frekuensi tinggi maka panjang area convergensi akan panjang demikian pula jika tranduser besar maka area konvergensi semakin panjang
Area Divergensi, ciri-cirinya adalah :
1) Tidak terjadi gejala interferensi yang menyebabkan berkas gelombang sama
2) Berkas gelombang yang menyebar
b. Fenomena fisik yang terjadi pada ultrasound
1) Bentuk Gelombang
Bentuk gelombang ultrasound adalah longitudinal yang memerlukan medium yang elastis sebagai media perlambatan. Setiap medium elastis kecuali yang hampa udara. Gelombang elastis longitudinal menyebabkan kompresi dan ekspansi medium pada jarak separuh gelombang yang menyebabkan variasi tekanan pada medium
2) Refleksi atau pemantulan
Refleksi atau pemantulan terjadi bila gelombang ultrasound melalui dua media yang berbeda. Banyaknya energi yang dipantulkan tergantung independence acuistik spesifik dari berbagai media.
Karena faktor pemantulan gelombang pada permukaan media, maka energi paling besar pada jaringan interface.
3) Penyebaran Gelombang ultrasound
Penyebaran gelombang ultrasound atau divergensi dalam tubuh timbul karena adanya divergen dan adanya refleksi. Di dalam jaringan bundel ultrasound dapat menyebar oleh karena adanya refleksi sehingga timbul efek-efek di luar daerah pancaran bundel ultrasound
4) Penyerapan dan Penetrasi Ultrasound
Jika gelombang ultrasound masuk ke dalam jaringan maka efek yang diharapkan adalah efek biologis. Oleh karena adanya penyerapan tersebut maka semakin dalam gelombang ultrasound masuk dan intensitasnya semakin berkurang
Gelombang ultrasound diserap oleh jaringan dalam berbagai ukuran tergantung pada frekuensi, frekuensi rendah penyerapannya lebih sedikit dibandingkan dengan frekuensi tinggi. Jadi ada ketergantungan antara frekuensi, penyerapan dan kedalaman efek dari gelombang ultrasound. Disamping itu refleksi, koefisien penyebaran menentukan penyebarluasan ultrasound di dalam jaringan tubuh.
Tabel 1. Koefisien Penyerapan pada Frekuensi 1 MHz dan 3 MHz
Medium
Frek. 1 MHz
Frek. 3 MHz
Darah
Pembuluh darah
Tulang
Kulit
Tulang rawan
Udara
Tendon
Otot
Lemak
Air (20°C)
Serabut saraf
0,028
0,4
3,22
0,62
1,16
2,27
1,12
0,76
0,28
0,14
0,0006
0,2
0,084
1,2
-
1,86
3,48
8,28
3,38
2,28
0,84
0,42
0,0018
0,6
Dari tabel di atas, nampak ada dua nilai absorbsi di dalam jaringan otot. Adanya perbedaan yang penting disini adalah karena arah dari bundel ultrasound terhadap jaringan otot. Pertama, jika bundel ultrasound jatuh secara tegak lurus terhadap jaringan otot. Kedua, jika bundel ultrasound berjalan sejajar dengan jaringan otot. Pada keadaan yang kedua nilai absorbsinya hampir tiga kali lebih kecil. Sebuah satuan yang lebih praktis dalam hal penyebaran adalah Half Value Depth atau jarak nilai setengah (HVD). Yang dimaksud jarak nilai setengah adalah jarak dimana intensitas dari ultrasound dalam suatu media tertentu tinggal separuh. Jarak nilai setengah ini ditentukan koefisien penyerapan
Tabel 2. Jarak Nilai Setengah Pada Beberapa Medium
Medium
Frek. 1 MHz
Frek. 3 MHz
Tulang
Kulit
Tulang rawan
Udara
Tendon
Otot
Lemak
Air (200C)
2,1 mm
11,1 mm
6 m
2,5 mm
2,5 mm
9 mm
24,6 mm
50 mm
11500 mm
-
4 mm
2 mm
0,8 mm
0,8 mm
3 mm
16,5 mm
16,5 mm
3833,3 mm
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa banyaknya energi ultrasound diserap dalam jaringan tendon dan jaringan tulang rawan. Penetrasi terdalam, dimana efek terapeutik masih bisa kita harapkan dinyatakan dalam istilah “Penetration Depth” adalah merupakan suatu titik dimana intensitas ultrasound yang diberikan masih tersisa 10%
5) Pembiasan
Pembiasan gelombang ultrasound ditentukan oleh nilai indeks tiap-tiap media pada jaringan, dimana indeks bias ditentukan oleh kecepatan gelombang ultrasound pada tiap-tiap medium. Nilai indeks bias (n) = 1 berarti tiap pembiasan sedangkan nilai indeks bias lebih dari 1 berarti pembiasan mendekati garis normal dan jika indeks bias kurang dari 1 berarti pembiasan menjauhi garis normal. Besarnya pembiasan ditentukan oleh sudut datang dan kecepatan gelombang suara pada media yang dilaluinya.
6) Coupling Media
Untuk dapat meneruskan gelombang ultrasound ke dalam jaringan tubuh maka dibutuhkan suatu medium yang berada antar tranduser dan permukaan tubuh yang akan diultrasound Adapun ciri-ciri coupling media yang baik pada penggunaan ultrasound secara umum adalah :
a) Bersih dan steril
b) Tidak terlalu cair kecuali metode under water
c) Tidak terlalu cepat diserap oleh kulit
d) Transparansi
e) Mudah dibersihkan
2. Efek Ultrasound
a. Efek Mekanik
Bila gelombang ultrasound masuk ke dalam tubuh maka akan menimbulkan pemampatan dan peregangan dalam jaringan sama dengan frekuensi dari mesin ultrasound sehingga terjadi variasi tekanan dalam jaringan. Dengan adanya variasi tersebut menyebabkan efek mekanik yang sering disebut dengan istilah “micromassage” yang merupakan efek terapeutik yang sangat penting karena hampir semua efek ini sangat diharapkan sehingga pada daerah micro tissue damage baru yang memacu proses inflamasi fisiologis.
b. Efek Panas
Micromassage pada jaringan akan menimbulkan efek “friction” yang hangat. Panas yang ditimbulkan oleh jaringan tidak sama tergantung dari nilai “acustic independance”, pemilihan bentuk gelombang, intensitas yang digunakan dan durasi pengobatan. Area yang paling banyak mendapatkan panas adalah jaringan “interface” yaitu antara kulit dan otot serta periosteum. Hal ini disebabkan oleh adanya gelombang yang diserap dan dipantulkan. Agar efek panas tidak terlalu dominan digunakan intermitten ultrasound yang efek mekanik lebih dominan dibandingkan efek panas.
Pada tendon dan otot akan meningkatkan temperatur sebesar 0,07 derajat Celcius perdetik. Pengukuran ini dilakukan pada sebuah model jaringan otot. Jadi tanpa adanya efek regulasi dari sirkulasi darah.
c. Efek Biologis
Efek lain dari micromassage adalah efek biologis yang merupakan refleks fisiologis dari pengaruh mekanik dan pengaruh panas. Efek biologis yang ditimbulkan oleh ultrasound antara lain :
1) Meningkatkan sirkulasi darah
Salah satu efek yang ditimbulkan oleh ultrasound adalah panas sehingga tubuh memberikan reaksi terhadap panas tersebut yaitu terjadinya vasodilatasi, hal tersebut disebabkan oleh :
a) Adanya pembebasan zat-zat pengiritasi jaringan yang merupakan konsekuensi dari sel-sel tubuh yang rusak sebagai akibat dari mekanisme vibrasi
b) Adanya iritasi langsung pada serabut saraf efferent atau bermielin tebal. Iritasi ini mengakibatkan terjadinya post excitatory depression dalam aktivitas orthosympatik
2) Rileksasi Otot
Dengan adanya efek panas maka akan mengakibatkan vasodilatsi pembuluh darah sehingga terjadi perbaikan sirkulasi darah yang mengakibatkan rileksasi otot. Hal ini disebabkan oleh karena zat-zat pengiritasi diangkut oleh darah disamping itu efek vibrasi ultrasound mempengaruhi serabut afferent secara langsung dan mengakibatkan rileksasi otot.
3) Meningkatkan Permeabilitas Membran
Melalui mekanisme getaran gelombang ultrasound maka cairan tubuh akan didorong ke membran sel yang menyebabkan perubahan konsentrasi ion sehingga mempengaruhi nilai ambang dari sel-sel.
4) Mempercepat proses penyembuhan jaringan
Dengan pemberian ultrasound akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga meningkatkan suplai bahan makanan pada jaringan lunak dan juga terjadi peningkatan antibody yang mempermudah terjadinya perbaikan jaringan yang rusak. Disamping itu akibat dari efek panas dan efek mekanik yang ditimbulkan oleh ultrasound menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan secara fisiologis yang mengakibatkan terjadinya reaksi radang yang diikuti oleh terlepasnya “P” substance, prostaglandin, bradikin dan histamine yang mengakibatkan terangsangnya serabut saraf bermyelin tipis sehingga timbul rasa nyeri. Namun dengan terangsangnya “P” substance tersebut mengakibatkan proses induksi proliferasi akan lebih terpacu sehingga mempercepat terjadinya penyembuhan jaringan yang mengalami cedera.
Reaksi “P” substance bersama neurotransmitter lainnya seperti histamine, bradikinin dan prostaglandin merupakan kelompok senyawa amin yang ikut berperan dalam reaksi radang yang terjadi oleh karena adanya kerusakan jaringan akibat trauma atau stimulus mekanik, stimulus elektris maupun stimulus kimia. Reaksi “P” substance tersebut dapat bersifat vascular dan reaksi seluler yang pada prinsipnya memacu induksi proliferasi fibroblast pada fase pembentukan jaringan kollagen muda sebagai proses regenerasi awal yang dimulai sejak 24-30 jam pertama. “P” substance juga merupakan salah satu neurotransmitter yang sangat bermanfaat bagi dimulainya proses regenerasi jaringan. Pada fase akut nocisensorik akan teriritasi oleh reaksi kimia akibat “P” substance di sekitar lesi. Dengan demikian maka pada fase akut suatu peradangan akan ditandai dengan nyeri yang hebat.
5) Mengurangi Nyeri
Nyeri dapat dikurangi dengan menggunakan ultrasound, selain dipengaruhi oleh efek panas juga berpengaruh langsung pada saraf. Hal ini disebabkan oleh karena gelombang pula dengan intensitas rendah sehingga dapat menimbulkan pengaruh sedative dan analgesi pada ujung saraf afferent II dan IIIa sehingga diperoleh efek terapeutik berupa pengurangan nyeri sebagai akibat blockade aktivitas pada HPC melalui serabut saraf tersebut.
d. Indikasi Ultrasound
1) Kelainan-kelainan / penyakit pada jaringan tulang sendi dan otot
2) Keadaan-keadaan post traumatik
3) Fraktur
4) Rheumathoid Arthritis pada stadium tidak aktif
5) Kelainan / penyakit pada sirkulasi darah
6) Penyakit-penyakit pada organ dalam
7) Kelainan / penyakit pada kulit
8) Luka bakar
9) Jaringan parut oleh karena operasi
10) Kontraktur
e. Kontra Indikasi Ultrasound
1) Mata
2) Jantung
3) Uterus pada wanita hamil
4) Epiphysela plates
5) Testis
6) Post laminectomi
7) Hilangnya sensibilitas
8) Tumor
9) Diabetes Mellitus (DM)
10) Trombhoplebitys dan Varises

Selasa, 21 Desember 2010

Mengetahui harga blog kita

Berapakah harga blog wordpress atau blogspot anda???. Anda tahu harga blog anda sesungguhnya, sayangkan anda sudah lama punya blog tapi tidak tahu harga blog nya. Jika anda ingin mengetahui harga blog wordpress , blogspot atau lainnya, anda bisa klik disini ( buka di tab baru ya,,,). disana anda bisa mengetahui harga blog anda dalam dollar hanya dengan tinggal memasukan nama blog. lalu klik value, tanpa perlu daftar, atau lainnya disana juga ada statistik tentang blog anda. Jika anda ingin mengetahui harga blog dalam rupiah, anda juga bisa langsung klik di sini. Sama seperti di atas, tinggal masukan url blog anda lalu klik nilai, maka akan langsung muncul harga blog anda berserta juga statistik info blog nya.
Jika masih dalam mata uang dollar juga, maka anda harus mengedit urlnya secara manual dari us menjadi id. Misalnya jika dalam dolar url nya http://bizinformation.org/us/www.dhitaprianthara.blogspot.com
maka tulisan us nya diganti id jika ingin dalam rupiah, maka menjadi
http://bizinformation.org/id/www.dhitaprianthara.blogspot.com lalu tingal tekan enter, dan tadaaa, maka munculah harga blog anda dalam rupiah beserta statistiknya.
dan untuk memasangnya di blog sidebar wordpress anda, anda tinggal mengcopy paste kode yang telah diberikan dari situsnya dan taruh di widget text anda .. :-)
:mrgreen: ayo,, silahkan berkomentar di bawah :-)

TRAKSI

Saat ini, penyakit muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini (2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian. Penyebab fraktur terbanyak adalah karena kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas ini, selain menyebabkan fraktur, menurut WHO, juga menyebabkan kematian 1,25 juta orang setiap tahunnya, dimana sebagian besar korbannya adalah remaja atau dewasa muda.
Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan.
TRAKSI
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan dari traksi adalah untuk menangani fraktur, dislokasim atau spasme otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan mmpercepat penyembuhan. Ada dua tipe utama dari traksi : traksi skeletal dan traksi kulit, dimana didalamnya terdapat sejumlah penanganan.
Prinsip Traksi adalah menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh, tungkai, pelvis atau tulang belakang dan menarik tahanan yang diaplikasikan pada arah yang berlawanan yang disebut dengan countertraksi. Tahanan dalam traksi didasari pada hokum ketiga (Footner, 1992 and Dave, 1995). Traksi dapat dicapai melalui tangan sebagai traksi manual, penggunaan talim splint, dan berat sebagaimana pada traksi kulit serta melalui pin, wire, dan tongs yang dimasukkan kedalam tulang sebagai traksi skeletal (Taylor, 1987 and Osmond, 1999).
Penggunaan traksi telah dimulai 3000 tahun yang lalu. Suku Aztec dan mesir menggunakan traksi manual dan membuat splint dari cabang pohon (Styrcula, 1994 a and Osmond, 1990) dan Hippocrates (350 BC) menulis tentang traksi manual dan tahanan ekstensi dan ekstensi yang berlawanan (Styrcula, 1994 a: 71). Pada tahun 1340 ahli bedah Perancis bernama Guy de Chauliac menulis tentang traksi isotonic dengan berat yang ditahan pada kaki tempat tidur pasien, tetapi akibat pertimbangan praktek hal ini dilakukan hingga tahun 1829 ketika traksi berkesinambungan diaplikasikan secara luas (Peltier, 1968: 1603). Sekitar tahun 1848 Josiah Crosby seorang klinisi amerika merupakan orang yang pertama mempromosikan dan menunjukkan traksi kulit yang lebih efektif tidak hanya sebagai terapi dari fraktur melainkan juga untuk menanani deformitas panggul (Peltier, 1968: 1609). Hal ini meripakan aplikasi yang membuat perhatian Gurdon Buck yang pada tahun 1861 melalui pengetahuannya terhadap kerja Crosby mempunyai traksi kulit yang dinamakan nama dirinya sendiri. Hal ini tidak dilakukan hingga pada tahun 1921 seorang ahli bedah Australia Hamilton Russel meluaskan konsep traksi Buck dengan menggunakan doktrin Pott’s (1780) bahwa fraktur tungkai harus ditempatkan pada posisi pada otot yang relaksm dinamakan fleksi panggul dan lutut, dengan mengembangkan traksi Hamilton Russel (Peltier, 1968: 1612). 26 tahun sebelumnya, pada bulan desember 1895, seorang professor German bernama Röntgen mempublikasikan observasinya dengan ‘tipe baru X-Ray’ dimana dimulai era baru dalam penelitian fraktur (Peltier, 1968:1613). Dengan menggunakan X-Ray untuk menilai terapi fraktur, dunia ortopedi berhadapan dengan kenyataan dimana terapi traksi Buck tidak memuaskan 100% pada semua kasus dan tahun 1907 Fritz Steinmann secara sukses mengembangkan traksi skeletal dengan menggunakan pin yang dimasukkan kedalam kondylus femur. (Peltier, 1968: 1615).
Traksi telah menjadi sebuah ketetapan dalam management ortopedi hingga 1940 ketika fiksasi internal menggunakan nail, pin dan plate menjadi praktek yang sering. Pengembangan ini berpasangan dengan kurangnya pembedahan fraktur dengan kebutuhan ekonomi untuk perawatan rumah sakit yang lebih
Penggunaan Traksi telah didokumentasikan melalui banyak literature : traksi digunakan untuk mempromosikan istirahat/imobilisasi, dimana membuat keurusan tulang dan jaringan lunak menyembuh (Taylor, 1987; Dave 1995 and Redemann, 2002). Hal ini menolong untuk mengistirahatkan inflamasi yang ada dan mengurangi nyeri (Taylor, 1987; Dave, 1995 and Osmond, 1999). Osmond (1999) Menyatakan bahwa hal ini mengurangi subluksasi atau dislokasi dari sendi dan Styrcula (1994a) serta Rosen, Chen, Hiebert dan Koval (2001) memberikan kredit dalam penggunaan traksi dengan reduksi tahanan yang dibutuhkan ketika melakukanreduksi fraktur selama pembedahan. Akhirnya, traksi juga dikatakan untuk membantu pergerakan dan latihan (Dave, 1995 and Redemann, 2002).
Mekanisme traksi meliputi tidak hanya dorongan traksi sebenarnya tetapi juga tahanan yang dikenal sebagai kontertraksi, dorongan pada arah yang berlawanan, diperlukan untuk keefektifan traksi, kontertraksi mencegah pasien dari jatuh dalam arah dorongan traksi. Tanpa hal itu, spasme otot tidak dapat menjadi lebih baik dan semua keuntungan traksi hanya menjadi lewat saja. Ada dua tipe dari mekanik untuk traksi, dimana menggunakan Kontertraksi dalam dua cara yang berbeda. Yang pertama dikenal dengan traksi keseimbangan, juga dikenal sebagai traksi luncur atau berlari. Disini traksi diaplikasikan melalui kulit pasien atau dnegan metode skeletal. Berat dan katrol digunakan untuk mengaplikasikan tahanan langsung sementara berat tubuh pasien dalam kombinasi dengan elevasi dari dorongan tempat tidur traksi untuk menyediakan kontertraksinya (Taylor, 1987, Styrcula, 1994a; Dave, 1995 and Osmond, 1999). Traksi Buck akan menjadi contoh dari ha ini. Yang kedua dinamakan traksi fixed dan kontertraksi dimasukkan diantaran 2 point cocok yang tidak membutuhkan berat atau elevasi tempat tidur untuk mencapai traksi dan kontertraksi. Splibt Thomas merupakan contoh dari system traksi ini. (Taylor, 1987, Styrcula, 1994a; Dave, 1995 and Osmond, 1999).
Komponen Mekanis dari system traksi, katrol (pulley), tahanan vector dan friksi, terkait dengan beberapa factor : cara dimana kontertraksi diaplikasikan dan sudut, arah, serta jumlah tahanan traksi yang diaplikasikan (Taylor, 1987: 3). Sudut dan arah dorongan traksi bergantung pada posisi katrol dan jumlah efek katrol sama dengan jumlah dorongan yang diaplikasikan. Ketika dua katrol segaris pada berat traksi yang sama maka disebut dengan ‘block and tackle effect” hamper menggandakan jumlah dari tahanan dorongan. Tahanan vector diciptakan dengan mengaplikasikan tahanan traksi pada dua yang berebda tetapi tidak berlawanan terhadap sisi tubuh yang sama. Hasil ini menghasilkan tahanan ganda untuk dorongan traksi yang actual. (Taylor, 1987 and Styrcula, 1994a).
Friksi selalu ada dalam setiap system traksi. Friksi memberikan resistansi terhadap dorongan traksi mala mengurangi tahanan traksi. Hal ini diperlukan untuk meminimalisir kapanpun dan bagaimanapun kemungkinan nantinya. (Taylor, 1987 and Styrcula, 1994a).
Kita dapat mnggunakan traksi : (1) untuk mendorong tulang fraktur kedalam tempat memulai, atau (2) untuk menjaga mereka immobile sedang hingga mereka bersatu, atau, (3) untuk melakukan kedua hal tersebut, satunya diikuti dengan yang lain. Untuk mengaplikasikan traksi dengan sempurna, kita harus menemukan jalan untuk mendapatkan tulang pasien yang fraktur dengan aman, untuk beberapa minggu jika diperlukan. Ada dua cara untuk melakukan hal tersebut : (1) memberi pengikat ke kulit (traksi kulit). (2) dapat menggunakan Steinmann pin, a Denham pin, atau Kirschner wire melalui tulangnya (traksi tulang). Tali kemudian digunakan untuk mengikat pengikatnya, pin atau wire, ditaruh melalui katrol, dan dicocokkan dengan berat. Berat tersebut dapat mendorong pasien keluar dari tempat tidurnya, sehingga kita biasanya membutuhkan traksi yang berlawanan dengan meninggikan kaki dari tempat tidurnya. Salah satu dari tujuan utama dari traksi adalah memperbolehkan pasien untuk melatih ototnya dan menggerakkan sedinya, jadi pastikan bahwa pasien melakukan hal ini. Traksi membutuhkan waktu untuk diaplikasikan dan diatur, tetapi hal ini dapat dengan mudah datur dengan asisten. Traksi kebanyakan berguna pada kaki. Dilengan hal ini masih kurang nyaman, tidak meyakinkan, sulit untuk dijaga, dan frustasi untuk pasien. Untuk kesemua alasan ini, traksi lengan hanya digunakan dalam keadaan pengecualian yang lebih jauh. Mengelaborasikan Jenis dari traksi, seperti Hamilton dan Russel untuk kaki, membutuhkan peralatan yang tidak semuanya punya. Jadi, hanya dibahas alat-alat sederhana yang digunakan dimakalah ini.
Klasifikasi Traksi didasari pada penahan tubuh yang dicapai :
1. Traksi Manual menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan terhadap seseorang di bagian tubuh yang terkena melalui tangan mereka. Dorongan ini harus constant dan gentle. Traksi manual digunakan untuk mengurangi fraktur sederhana sebelum aplikasi plesrer atau selama pembedahan. Hal ini juga digunakan selama pemasangan traksi dan jika ada kebutuhan secara temporal melepaskan berat traksi (Taylor, 1987; Styrcula, 1994a and Osmond, 1999).
2. Traksi Sekeletal menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan langsung ke sekeleton melalui pin, wire atau baut yang telah dimasukkan kedalam tulang (Taylor, 1987; Styrcula, 1994a dan Osmond, 1999). Untuk melakukan ini berat yang besar dapat digunakan. Traksi skeletal digunakan untuk fraktur yang tidak stabil, untuk mengontrol rotasi dimana berat lebih besar dari 25 kg dibutuhkan dan fraktur membutuhkan traksi jangka panjang (Styrcula, 1994a and Osmond, 1999).
3. Akhirnya traksi kulit menunjukkan dimana dorongan tahanan diaplikasikan kepada bagian tubuh yang terkena melalui jaringan lunak (Taylor, 1987; Styrcula, 1994a and Osmond, 1999). Hal ini bisa dilakukan dalam cara yang bervariasi : ekstensi adhesive dan non adhesive kulit, splint, sling, sling pelvis, dan halter cervical (Taylor, 1987; Styrcula, 1994a and Osmond, 1999). Dikarenakan traksi kulit diaplikasikan kekulit kurang aman, batasi kekuatan tahanan traksi. Dengan kata lain sejumlah berat dapat digunakan (Taylor, 1987; Styrcula, 1994a and Osmond, 1999). Berat harus tidak melebihi (3-4 kg) (Taylor, 1987; Osmond, 1999 dan Redemann, 2002). Traksi kulit digunakan untuk periode yang pendek dan lebih sering untuk manajemen temporer fraktur femur dan dislokasi serta untuk mengurangi spasme otot dan nyeri sebelum pembedahan (Taylor, 1987; Styrcula, 1994a and Dave, 1995).
Traksi Kulit versus Traksi Tulang
Kulit hanya bisa dapat menahan sekitar 5 kg traksi pada orang dewasa. Jika lebih dari ini tahanan yang dibutuhkan untuk mendapatkan dalam menjaga reduksi, traksi tulang mungkin diperlukan. Hindari traksi tulang pada anak-anak- plate pertumbuhan dapat dengan mudah hancur dengan pin tulang.
Indikasi untuk traksi kulit
 Anak-anak
 Traksi temporer- hanya untuk beberapa hari, missal pre operasi
 Tahanan kecil dibutuhkan untuk menjaga reduksi 5kg
 Kerusakan kulit atau adanya sepsis diarea tersebut
Indikasi Traksi Skeletal
 Orang dewasa membutuhkan > 5kg traksi
 Kerusakan kulit membutuhkan dressings
 Jangka panjang
Counter Traction
Setiap tahanan diperlukan tahanan yang berlawanan. Jika traksi mendorong tungkai kedistal pasien akan meluncur turun melalui katrol, dan traksi tidak akan menjadi efektif. Berikan tahanan yang berlawanan dengan meninggikan kaki dari kasur pada blok tertentu. Dengan merubah tempat tidur pada arah berlainan tendensi untuk meluncur akan ditahan. Pada traksi servikal sisi depan dari tempat tidur harus ditinggikan, dan dengan traksi Dunlop sisi tempat tidur dekat dengan luka membutuhkan elevasi.
Sistem Katrol Multiple
Dalam banyak keadaan katrol yang multioel digunakan, sehingga mengurangi berat amatlah diperlukan. Katrol multiple seringkali digunakan pada traksi pelvis dimana tahanan tinggi (biasanya lebih dari 40 kg) dapat diperlukan. Jika triple dan dobel blok dgunakan dalam gambar hanya 405 atau 8 kg, dibutuhkan untuk dapat mencapai 40 kg. Penaikturun katrol diperlukan.
Traksi Kulit – Ekstremitas Bawah
Traksi kulit Buck’s paling sering digunakan pada tungkai bawah untuk fraktur femur, nyeri belakang, fraktur acetabulum dan pinggang. Traksi kulit jarangkali mengurangi fraktur, tetapi mengurangi nyeri dan menjaga panjangnya fraktur.
Buck’s Traction:
Traksi Buck adalah traksi kulit seimbang dengan menggunakan dorongan pada satu tempat terhadap ekstremitas bawah melalui perluasan kulit (Taylor, 1987; Styrcula, 1994; Osmond, 1999 and Redemann, 2002). Dinamakan setelah Gurdon Buck yang pada tahun 1861 mempublikasikan pengalamannya dengan trapi untuk dua puluh satu kasus dari fraktur (Peltier, 1968: 1610). Traksi Buck digunakan sebagai pengukuran jangka pendek dengan tahanan traksi yang dibutuhhkan untuk imobilisasi fraktur panggul sebelum pembedahan dan mengurangi spasme otot (Styrcula, 1994d and Redemann, 2002). Hal ini juga bisa digunakan untuk dislokasi panggul, kontraktur panggul dan lutut, fraktur tidak berpindah asetabulum dan nyeri pinggang bawah bilateral (Taylor, 1987 and Styrcula, 1994d) meskipun penggunaannya jarang terlihat pada akhir-akhir ini . Pasien diposisikan dalam posisi supine dengan kaki lurus pada posisi alami, dimana melalaikan abduksi (Taylor, 1987 and Styrcula, 1994d). Pembungkus kemudian diaplikasikan dan tahanan traksi digunakan segaris dengan panjang aksis kaki melalui tali yang diikat di kaki dari perluasan melewati katrol pada akhir tempat tidur yang dihubungkan dengan pemberat (Taylor, 1987; Styrcula, 1994d and Osmond, 1999). Katrol tidak mempunyai efek pada tahanan t=fraksi tetapi bertindak untuk merubah arah dorongan untuk bekerja dengan gravitasi (Taylor, 1987 and Osmond, 1999). Kontertraksi dicapai dengan mengelevasikan kaki dari tempat tidur pada ketinggian tertentu untuk mencegah pasien terjatuh dar tempat tidur.
Untuk mengoptimalisasi kenyamanan pasien adalah hal yang penting untuk mempunyai keseimbangan antara tahanan traksi dengan tahanan kontertraksi. Jika tempat tidur butuh untuk dielevasikan terlalu tinggi untuk mencegah pasien terdorong dari tempat tidur maka pemberat dapat terlalu berat dan perlu untuk ditinjau ulang (Dave, 1995 and Osmond, 1999). Hari ini Traksi Buck digunakan kebanyakan pada orang tua (Styrcula, 1994d: 61) dan kontroversinya timbul melebihi kefektifitasannya.
Metode
Kulit dipersiapkan dan dicukur- harus sampai kering. Balsem Friar dapat digunakan untuk meningkatkan adhesi. Pengikat yang tersedia secara komersil diaplikasikan kekulit dan luka dengan lapisan yang overlap. Perban harus tidak melebihi diatas tingg fraktur.
Bahaya Traksi Kulit
 Distal Oedema
 Kerusakan vaskular
 Peroneal nerve palsy
 Nekrosis kulit melalui tulang-tulang prominen
Hindari timbulnya komplikasi dalam keinginan untuk mencoba meningkatkan adhesi dengan mengikat perban lebih ketat
Perfusi Jaringan yang Berubah, Bahaya untuk deep vein thrombosis (DVT) atau pulmonary embolism (PE) merupakan masalah yang sering is (Taylor, 1987; Styrcula, 1994d; Osmond, 1999; Rosen et al, 2001 dan Redemann, 2002). Pernafasan yang dalam dan latihan pompa siku sama halnya dengan penggunaan stocking dan terapi antikoagulan merupakan cara untuk mencegah hal ini terjadi (Taylor, 1987; Styrcula, 1994d; Rosen et al, 2001 and Redemann, 2002). Calves harus diinspeksi untuk kekakuan, hangat yang tidak biasa, dan kemerahan (Carroll, 1993 and Bright and Gorgi, 1994) dan setiap tanda dispnea dan tachypnea dapat mengindikasikan (Smeltzer and Bare, 1996 and Turpie, Chin and Gregory, 2002).
Ada juga akan resiko tinggginya disfungsi perifer seperti sindrom kompartemen atau paralisis saraf. Periksa neurovascular dan penilaian gerakan harus dilakukan sebelum mengaplikasikan traksi kemudian setiap jam selama 24 jam pertama dan jika baik dilakukan 4 jam sekali (Taylor, 1987; Styrcula, 1994b and Kunkler, 1999).
Meskipun traksi dikatakan untuk mengurangi nyeri danspasme otot hal in dapat menjadi tidak cukup dan management nyeri untuk itu merupakan bagian penting dalam perawatan. Nyeri dapat dinilai dengan menggunakan skala 1-10 (McCaffery and Pasero, 2001 and Redemann, 2002) dan pasien harus diminta untuk mengambil analgetik sebelum nyeri menjadi lebih parah. Edukasi untuk mencegah ketakutan dan resiko konstipasi sebaiknya juga dilakukan (Redemann, 2002:316). Sama dengan pasien yang imobilisasi ada tingginya resiko untuk konstipasi tidak hanya menghasilkan imobilitas tetapi juga kombinasinya dengan ambilan analgetik dan untuk pasien traksi terutama tantangan dalam nyeri, ditambah dengan malunya mereka untuk membuka ususnya ditempat tidur (Taylor, 1987; Winney, 1998 and Redemann, 2002). Penggunaan dari alat fraktur, privasi, ambilan cairan yang tinggi, teratur dalam diet dapat menolong eliminasi untuk mencapai usus yang normal (Winney, 1998 and Redemann, 2002).
Pertukaran gas yang terganggu merupakan kesulitan pada pasien dengan traksi pada resiko masalah respirasi. Posisi rekumben atai semirecumbent pasien ini diyakinkan untuk tidak diijinkan bergerak penuh pada diafragmanya yang bisa menyebabkan tidal kecul dan volume residu yang besar(Redemann, 2002:317). Untuk mencegah masalah in elevasi reposisi yang sering dari kepala tempat tidur kapanpun memungkinkan dikombinasikan dengan batuk dan latihan nafas yang dalam dan penggunaan spirometer kesemuanya dapat membantu untuk menjaga pertukaran gas yang adekuat. (Smeltzer and Bare, 1996 and Redemann, 2002).
Tingginya resiko untuk terluka terutama relevansinya pada pasien traksi sebagai management yang tidak benar dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang harus dipertimbangkan (Taylor, 1987 and Redemann, 2002). Traksi harus diperiksa melalui perbagian untuk menjamin tidak ada yang dapat membahayakan pasien, garis dorongan dijaga, semua clamps ketat dan tidak ada tali yang rapuh atau knot yang tidak aman. Tali musti dibebaskan melalui katrol, gars traksi harus dijaga setiap saat. Baik pemberat ataupun tali harus disentuh oleh kasur. Bantal tidak ditaruh dibawah kaki yang sakit dan ketika menggerakkan pasien pemberat tidak boleh dipindahkan. Ketika melakukan perluasan sekali traksi manual harus diaplikasikan.
Traksi Gallows
Traksi ini digunakan pada bayi dan anak-anak dengan fraktur femur .
Indikasi Traksi Gallow’s
 Berat anak-anak harus kurang dari 12 kg
 Fraktur femur
 Kulit harus intak
Kedua dari femur yang fraktur dan yang baik ditempatkan dalam traksi kulit dan bayi ditahan dari sudut yang istimewa. Compromise vascular merupakan bahaya terbesar. Periksa sirkulasi dua kali sehari. Pantatnya harus diangkat jangan mengenai tempat tidur
Fraktur Femur Pada Anak yang lebih Besar
Anak lebih besar dengan fraktur femur dapat ditangani dengan traksi kulit dengan splint tHomas. Tidak seperti orang dewasa lutut harus dijaga lurus pada splint Thomas. Cincin dari splint Thomas harus membuat pembersihan dua jari pada semua sisi- dicoba pada kaki yang sehat untuk dicocokkan sebelum diaplikasikan. Pengikatan kulit diaplikaskan dan splint Thomas dipasangkan. Tali dari pengikat di ikat hingga akhir dar splint tHomas. Yang paking kuar melewat jarak splint Thomas dan bagian dalam melaluinya. Hal ini merotasikan kaki secara internal. Tungkai diistirahatkan pada tiga strip falnnerl untuk menjaga keamanan pin. Sling Master merupakan strip flannel yang diarahkan kedistal fraktur. Slng ini bisa ditambahkan sehingga garis akhir fraktur pada ruang vertical. Traksi longitudinal membuthkan tambahan setiap haru pada minggu pertama. Simpul dari akhir splint Thomas dilonggarkan. Kualitas reduksi dikonfirmasikan dengan X ray.
Splint Thomas ditahan dari Frame Balkan. Frame ini ditempelkan ke tempat tidur. Tungkai dengan splint Thomas ditahan dari puncak dengan maksut berat berlawanan. Traksi longitudinal menggunakan tekanan pada sudut dan berat yang lebih jauh ditempatkan melalui katrol dari frame Balkan. Hal ini segaris dengan panjang aksis tungkai di kaki dari tempat tidur. Perlawanan ini bertindak sebagai tahanan reaktif dari sudut yang digenerasikan oleh traksi kulit.
Fraktur Femur Pada Orang Dewasa
Hal ini membutuhkan pin skeletal. Pada beberapa rumah sakit, pn Denham merupakan pin yang paling sering digunakan, Ia mempunyai porsi tengah ulir yang dijaganya pada tibia. Untuk fraktur femur pin Denham melalui tibia proksimal, Selalu memasukkan dari lateral ke medial pada tibia proksimal, sebagaimana saraf peroneal tidak terkenda dan tempat keluarnya tidak bisa diprediksikan. Pada beberapa keadaan femur distal, atau bahkan kalkaneus dapat digunakan.
Splint tHomas, (periksa apakah cocok dengan mencoba pada kaki yang sehat) diaplikasikan. Tiga sling flannel diamankan dengan keamanan pin dibawah paha. Satu dari splint master dibawah fraktur. Tekanan yang benar pada sling ini akan menggarisi fraktur pada sisi lateral. Lutut dapat difleksikan dengan menggunakan splint fleksi Pearson yang ditempelkan ke splint Thomas pada daerah lutut. Fleksi lutut yang diinginkan dapat dijaga dengan tali pada akhirnya dibawa dari splint tHimas ke Perlengketan Pearson. Tali dari pin Denham apakah harus diikat secara distal ke splnt tHomas (traksi statis) atau mereka dapat dinaikkan melalui katrol pada akhir dari frame Balkan (traksi dinamis). Pada semua kasus diawali dengan 7 kg (atau 10% berat badan) pada panjang aksis femur. Hal ini melawan trakian dari otot paha. Sebagaimana halnya dnegan anak-anak, traksi dbuat seimbang dengan sisitem katrol pada tungkai horizontal frma Balkan untuk membuat pasien dapat menggerakkan tungkainya.
Garis Splint Thomas
Splint Thomas harus digariskan dengan menitikkan pada frma belakn searah dengan fragmen proksimal.
Perpndahan-Fraktur Femur Proksimal
 Prox. Femur – Flexion
 Prox. Femur – Abduction
 Frame Garis – Flexion & Abduction
Fraktur mid shaft dijaga tetap relative sebagaimana otot proksimal dan distalnya seimbang
Perpindahan Fraktur Femur Distal
 Angulasi Posterior – dorongan dari gastrocnimeus
 Sousi – fleksi lutut sejauh mungkin
Block Tempat Tidur (bed block)
Bed Blocks harus ditempatkan dibawah kaki dengan semua tipe traksi diatas. Meninggikan kaki dari tempat tidur beberapa sentimeter memberikan tahanan counter untuk mencegah pasien terdorong secara distal dari tempat tidur oleh traksi longitudinal.
Traksi Servikal
Halter Traction
Traksi halter digunakan untuk traksi servikal jangka pendek. Penggunaannya meliputi cedera leher minor tanpa kejelasan adanya fraktur contoh spasme otot leher, terapi conservative dari lesi di diskus servikal. Anak dengan fraktur servikal juga dapat ditangani dtanpa pin skeletal sebagaimana tulang mereka terlalu rapuh terhadap pin. .
Masalah dengan Traksi Halter
 Tidak nyaman
 Nyeri di Tempero-mandibular
 Kontraoindikasi pada fraktur mandibula
 Sulit untuk mengontrol fleksi dan ekstensi
Fleksi Extensi X Ray Cervical
Jika pasien mempunyai x-ray cervical yang normal, tetapi mempunyai spasme otot leher, gambaran fleksi ekstensi dapat diperlukan untuk menyingkirkan instabilitas yang serius dari tulang servikal. Traksi Halter merupakan cara yang baik untuk meredakan spasme sebelum X-Ray dapat dilakukan. Pasien yang dimasukkan dan ditempatkan dalam traksi Halter hingga leher bebas dari spasme otot. Pasien harus tidak mempunyai rasa nyeri ketika leher difelksikan ataupun diekstensikan. Jika gejala neurologis seperti paraesthesia timbul maka X-Ray tidak perlu dilakukan.
Traksi Skeletal
Pada cedera servikal yang lebih serius, penjepit tulang kepala seperti caliper Cones diinndikasikan. Indikasi termasuk terapi konservatif dari fraktur servik dan dislokasi.
Aplikasi Caliper Cones
 Cukur rambut dibawah area telinga
 Anastesi Lokal
 Hindari Masseter
 Hindari arteri temporal
 Insisi kecil dibawah telinga segars dengan meatus auditorius
 Kaitkan pada pin hingga perforasi dari tulang luarl
 Ikat pada tali
Arah dan Berat
 Tahanan – 2.5 kg untuk kepala dan 12 kg untuk setiap vertebra
 Arah netral segars dengan meatus auditorius
 Diperlukan Fleksi – tinggikan katrol
 Dperlukan Ekstensi – gunakan matras dobel yang berakhir pada bahu
Komplikasi dari Traksi Cervical
 Perdarahan arteri temporalis
 Tekanan sangat sakit pada tulang
 Sepsis – dari kulit ke abses subdural
 Perburukan status neurologis
 Mata juling dari jatuhnya nervus kranialis ke 6
Kontraindikasi Penjepit tulang kepala
 Anak-anak
 Sepsis Lokal
 Fraktur tulang kepala
Metode dobel matras merupakan cara yang efektif untuk memperluas leher. Jangan pernah menempatkan katrol kepala terlalu rendah sebagaimana tekanan dapat dihasilkan pada occciput, terutama pada pasien yang tdiak sadar.
Reduksi dari Dislokasi Facet
Traksi skeletal terhadap tulang tengkorak dapat digunakan untuk mengurangi dislokasi faset servikal. Berat biasanya ditambahkan secara serial sementara leher diposisikan fleksi. Setelah setiap penambahan 2,5 kg berat, X-Ray lateral diambil untuk membedakan reduksinya. Dokter yang ada harus memeriksa tanda neurologis. Jika ada perubahan neurologis, berat tersebut dpindahkan hingga 20 kg. Traksi dapat digunakan dalam hal ini hanya untuk beberapa jam. Setelah reduksi, leher dalam keadaan ekstensi dan berat maintenance kemudian digunakan.
Metode Traksi Lain
Traksi Dunlop
Penggunaan utama dari Traksi Dunlop adalah untuk maintenance reduksi fraktur supracondylus humerus pada anak.
Traksi Dunlop
 Fraktur supracondylar pada anak
 Membuat Siku bengkak menjadi tenang kembali
 Dikontraindikasikan [ada fraktur terbuka dan defek kulit.
Traksi kulit ditempatkan pada lengan bawah dan frame khusus digunakan pada sisi tempat tidur. Traksi ditempatkan disepanjang aksis lengan bawah sebagaimana sudut kanan dari humerus dengan sling ditempatkan disekitar lengan atas. Bed blocks dibutuhkan untuk sisi lateral (fraktur ditinggikan) dari tempat tidur. Jika fraktur supracondylar tidak dapat dikurangi hingga dibawah 90 derajat fleksi siku, metode traksi in merupakan alternative terhadap metode invasive seperti percutaneous K-wires. Hal ini membuat pembengkakan sisi sebelahnya. Jangan bergantung pada metode ini untuk mengurangi fraktur supracondylar, sebuah manipulasi bagaimanapun tetap akan diperlukan
Traksi Pelvis untuk Nyeri Pinggang
Pad skiatik dan penyembuhan pinggang lain dari nyeri dapat dicapai dengan maksud traksi pelvis. Traksi diaplikasikan ke pengikat pelvis dengan berat melebihi akhir tempat tidur. Dengan maksud bantal dibawah lutut, pinggul difleksikan mendekati sudut 90 derajat, sebagaimana halnya dengan lutut. Hal ini memperpendek nervus skiatika dan meredakan nyeri.
Traksi Asetabulum
Pada terapi konservatif dari fraktur acetabulum, traksi longitudinal pada panjang aksis tungkai seringkali digunakan. Sebagai tambahan dari kepala femur dapat mempengaruhi acetabulum (dislokasi fraktur sentral) dengan maksud manipulasi dibawah anastesi. Reduksi ini dapat dijaga dengan membuat traksi lateral dari pin yang ditempatkan pada wilayah intertrochanter.

Pengertian Fisioterapi

FISIOTERAPI adalah bentuk pelayanan Kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan ( fisik, elektroterapeutis dan mekanis ), pelatihan fungsi, komunikasi.
FISIOTERAPIS adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal fisioterapi dan kepadanya diberikan kewenangan tertulis untuk melakukan tindakan fisioterapi atas dasar keilmuan dan kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
ILMU FISIOTERAPI adalah sintesa ilmu biofisika, kesehatan, dan ilmu-ilmu lain yang mempunyai hubungan dengan upaya fisioterapi pada dimensi promosi, pencegahan, intervensi, dan pemulihan gangguan gerak dan fungsi serta penggunaan sumber fisis untuk penyembuhan seperti misalnya latihan, tehnik manipulasi, dingin, panas serta modalitas elektroterapeutik

Tips Menjaga Kesehatan Mata Saat Bekerja Di Depan Monitor

Komputer dan berbagai perlengkapannya, seperti monitor, sudah menjadi barang awam dalam setiap pekerjaan kantor. Bukan hal yang asing jika banyak orang harus bekerja di depan monitor sepanjang hari. Pada awalnya kita mungkin sedikit khawatir mengenai pengaruh komputer dan sinar radiasi yang dipancarkan monitor dapat mengganggu kesehatan tubuh, terutama mata. Namun, para ahli pun tak pernah menyerah untuk menciptakan peralatan yang semakinramah dengan lingkungan dan kesehatan.
Meski begitu, bekerja terlalu lama di depan layar monitor tetap saja dapat mempengaruhi kesehatan, seperti mata lelah, nyeri punggung, bahu dan leher. Berikut beberapa tips mengatasi kelelahan dan ketegangan mata di saat bekerja di depan monitor. Mudah-mudahan kita bisa menjaga karunia mata yangtetap, meski harus bekerja berjam-jam.
1–Bekerjalah dalam ruangan yang cukup cahaya.
Perhatikan pencahayaan dalam ruang kerja anda. Jangan bekerja dalam ruangan yang terlalu terang dan menyilaukan mata. Gunakan kerai untuk mengatur cahaya dari jendela. Letakkan lampu di atas kepala. Hindari anda menatap cahayanya secara langsung. Sebaliknya, jangan pula bekerja dalam ruangan yang terlalu gelap atau redup. Usahakan agar ruangan anda cukup terang agarmata anda tidak bekerja terllau keras.
2–Gunakan filter monitor.
Untuk mengurangi sinar yang menyilaukan dan radiasi yang dipancarkan layar monitor, gunakan filter glass monitor. Berbicaralah pada vendor perlengkapan komputer anda untuk mendapatkan filter yang baik dan mampu mengurangipengaruh radiasi, bukan hanya sekedar meredupkan cahaya monitor.
3–Periksa monitor anda.
Periksa apakah monitor anda masih bekerja dengan baik? Bandingkan dengan monitor lain. Bila gambar yang tampak semakin buram, berkedip-kedip atau tidak nyaman bagi mata anda, maka sudah waktunya untuk memperbaiki atau mengganti monitor itu. Lebih baik mengganti monitor daripada membiarkan mata anda terganggu. Sering-seringlah membersihkan monitor dari debu dan kotoranyang mengganggu layar.
4–Letakkan kertas kerja agar mudah dibaca.
Jika anda harus bekerja dengan menyalin atau membaca kertas kerja, maka letakkan kertas kerja tersebut dalam jarak yang seimbang dengan monitor anda. Ini agar anda tidak perlu bolak-balik memfokuskan pandangan untuk membaca kertas kerja anda, setelah membaca di layar monitor.
5–Perhatikan posisi monitor.
Letakkan layar monitor sedemikian rupa sehingga membentuk sudut antara 10-15 derajat dari posisi sejajar dengan pandangan lurus anda. Hal ini selain agar tidak melelahkan mata anda, juga menjaga agar bahu dan leher anda cukupnyaman bekerja.
5–Bekerjalah dengan “font” yang cukup besar.
Bila anda harus mengedit tulisan di depan komputer, pastikan ukuran atau “font” hurup yang anda gunakan cukup besar. Jangan paksa mata anda untuk membaca hurup kecil pada monitor. Mata anda bukanlah mikroskop bagi tulisan yang ada di layar monitor. Gunakan fasilitas untuk memperbesar atau menyesuaikan besar tampilan gambar di monitor anda. Bila anda telah selesai mengedit atau membacanya, anda bisa kembalikan font tersebut ke posisisemula.
6–Istirahatkan mata anda.
Relakskan mata anda. Pejamkan atau kerjap-kerjapkan. Jangan kucek-kucek mata anda. Namun, sering-seringlah berkedip. Ini dapat menurunkan ketegangan dan menjaga mata anda tetap basah dan sejuk. Bila anda terlalu lama melihat dalam jarak dekat, alihkan pandangan anda ke arah yang jauh. Lakukan iniselama beberapa menit setiap 30 menit.
7–Periksa kacamata atau lensa kontak.
Bila anda menggunakan kacamata atau lensa kontak dan anda harus bekerja sepanjang hari di depan monitor, ada baiknya anda konsultasikan dengan dokter mata atau optik anda agar anda bisa mendapatkan kacamata yang sesuai. Baik, ukuran lensa dan framenya. Bila anda merasa lelah menggunakan kacamata, tanggalkan saja. Kacamata bisa membuat mata lelah. Sesekali
biarkan mata anda melihat bebas. Namun, segera kenakan kacamata anda bila merasa harus mengenakannya. Jangan paksa mata anda melihat tanpa bantuan kacamata anda.